Ada beberapa versi cerita populer yang berkembang
di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok. Di bawah ini adalah
salah satunya.
Menurut
cerita, kelahiran kesenian Reog dimulai pada tahun Saka 900,
dilatarbelakangi kisah tentang perjalanan Prabu Kelana Sewandana, Raja
Kerajaan Bantarangin yang sedang mencari calon permaisurinya. Bersama
prajurit berkuda, dan patihnya yang setia, Bujangganong. Akhirnya gadis
pujaan hatinya telah ditemukan, Dewi Sanggalangit, putri Kediri .
Namun sang putri menetapkan syarat agar sang prabu menciptakan sebuah
kesenian baru terlebih dahulu sebelum dia menerima cinta sang raja. Maka
dari situlah terciptalah kesenian Reog. Bentuk Reog pun sebenarnya
merupakan sebuah sindiran yang maknanya bahwa sang raja (kepala harimau)
sudah disetir atau sangat dipengaruhi oleh permaisurinya (burung
merak).
Biasanya
satu group dalam pertunjukan Reog terdiri dari seorang Warok Tua,
sejumlah warok muda, pembarong, penari Bujang Ganong, dan Prabu Kelono
Suwandono. Jumlahnya berkisar antara 20 hingga 30-an orang, peran
sentral berada pada tangan warok dan pembarongnya. Tulisan Reog sendiri
asalnya dari Reyog, yang huruf - hurufnya mewakili sebuah huruf depan
kata-kata dalam tembang macapat Pocung yang berbunyi : rasa
kidung/ingwang sukma adiluhung/Yang Widhi/olah kridaning Gusti/gelar
gulung kersaning Kang Maha Kuasa.
Penggantian
Reyog menjadi Reog yang disebutkan untuk "kepentingan pembangunan" -
saat itu sempat menimbulkan polemik. Bupati Ponorogo Markum Singodimejo
yang mencetuskan nama Reog (Resik, Endah, Omber, Girang gemirang) tetap
mempertahankannya sebagai slogan resmi Kabupaten Ponorogo.
Alur
cerita pementasan Reog yaitu Warok, kemudian Jatilan, Bujangganong,
Kelana Sewandana, barulah Barongan atau Dadak Merak di bagian akhir.
Ketika salah satu unsur di atas sedang beraksi, unsur lain ikut bergerak
atau menari meski tidak menonjol. Reog modern biasanya dipentaskan
dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari
besar nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri daribeberapa rangkaian 2
sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8
pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna
merah. Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni Reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar. Adegan dalam seni Reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni Reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.
Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa. (dikutip dari mailist smuda2001lmjg)
SUMBER : MULTIPLY.COM
